KMS ...ALAT DETEKSI DINI KASUS GIZI DI POSYANDU
Berbicara
mengenai Posyandu (Pos Pelayanan terpadu) yaitu merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumber daya
manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan
secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat
seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat
menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu
hamil, ibu menyusui dan ibu nifas (Depkes RI, 2006:11).
Tujuan
posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Sasaran pelayanan kesehatan di posyandu adalah seluruh masyarakat utamanya
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta
Pasangan Usia Subur (PUS). Penyelenggaraan posyandu pada hakikatnya dilaksanakan
dalam 1 (satu) bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari
buka posyandu. Hari buka posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan.
Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan. Hari buka posyandu dapat
lebih dari satu kali dalam sebulan apabila diperlukan. Kegiatan rutin posyandu
diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari
puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah
5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang
dilaksanakan oleh posyandu, yakni
yang mengacu pada sistem 5
meja atau langkah pelayanan (Depkes RI, 2006:12-13).
Kegiatan
yang dilaksanakan pada setiap langkah serta para penanggung jawab
pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
Mekanisme
Kegiatan Posyandu
Langkah
|
Pelayanan
|
Pelaksana
|
Pertama
|
Pendaftaran
|
Kader
|
Kedua
|
Penimbangan
|
Kader
|
Ketiga
|
Pengisian
KMS
|
Kader
|
Keempat
|
Penyuluhan
|
Kader
|
Kelima
|
Pelayanan
kesehatan
|
Petugas Kesehatan dan sektor terkait
bersama kader
|
Sumber :
Depkes RI, 2006
Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu ditetapkan indikator sebagai
penyaring atau pemantau tingkat perkembangan posyandu indikator yang digunakan dalam
pengukuran pelaksanaan posyandu ini antara lain frekuensi kunjungan
(penimbangan). Apabila teratur setiap bulan akan ada 12 kali penimbangan setiap
tahun. Namun dalam kehidupan sehari-hari tidak semua posyandu dapat berfungsi
setiap bulan sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali setahun. Sehingga
diambil batasan 8 kali penimbangan setahun di mana bila frekuensi penimbangan
di atas 8 kali setahun, maka pemanfaatan posyandu dianggap sudah baik
(Zulkifli, 2008).
Posyandu
dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak
serta menyampaikan pesan kepada ibu sebagai agen pembaharuan dan anggota
keluarga yang memiliki bayi dan balita dengan mengupayakan bagaimana memelihara
anak secara baik yang mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya. Kurang
berfungsinya posyandu sehingga kinerjanya menjadi rendah antara lain disebabkan
oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah
desa/kelurahan dan dinas/instansi/lembaga terkait yang kemudian mengakibatkan
rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan posyandu. Upaya revitalisasi
posyandu telah dilaksanakan sejak krisis ekonomi timbul agar posyandu dapat
melaksanakan fungsi dasarnya, namun diakui bahwa meskipun sejak Tahun 1999 telah
diprogramkan upaya revitalisasi posyandu di seluruh Indonesia tetapi fungsi dan
kinerja posyandu secara umum masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Oleh
karena itu, upaya revitalisasi posyandu perlu terus ditingkatkan dan
dilanjutkan agar mampu memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap kelompok sasaran
yang rentan (Depdagri RI, 2009).
Perubahan
berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan
anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya,
pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi,
sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan
indikasi risiko kelebihan gizi (Depkes RI, 2010:1).
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu
yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat
badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi
dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara
lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. KMS di Indonesia telah
digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan
pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri
dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan
setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil
penimbangan berat badan dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan.
Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian
makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Depkes RI, 2010:1).
Menurut
Depkes RI (2010:2) KMS Bagi Balita merupakan kartu yang memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan
menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. KMS adalah alat yang
sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak, oleh karena itu KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah
dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk bidan dan dokter. Gangguan pertumbuhan atau risiko
kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini dengan melihat KMS, sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya
lebih berat.
Keberhasilan
posyandu tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu:
S : Jumlah seluruh balita di wilayah kerja
posyandu
K :
Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja posyandu
D :
Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja posyandu
N:
Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan pada KMS
naik lebih atau sama dengan Kenaikan Berat Badan Minimal (KBM)
Keberhasilan
posyandu berdasarkan :
D/S,
yaitu baik/kurangnya peran serta (partisipasi) masyarakat
N/D,
yaitu berhasil/tidak program posyandu
Adapun tindak lanjut penimbangan
berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita adalah sebagai berikut:
a. Berat
Badan Naik (N)
1) Berikan
pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu
2) Berikan
umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang
tertera pada KMS secara sederhana
3) Anjurkan
kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat tentang
pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.
4) Anjurkan
untuk datang pada penimbangan berikutnya
b. Berat
badan tidak naik 1 kali
1) Berikan
pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu
2) Berikan
umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera
pada KMS secara sederhana
3) Tanyakan
dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan lain-lain)
dan kebiasaan makan anak
4) Berikan
penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu
5) Berikan
nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya
6) Anjurkan
untuk datang pada penimbangan berikutnya
c. Berat
badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah (BGM)
1) Berikan
pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu dan anjurkan untuk datang
kembali bulan berikutnya
2) Berikan
umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang
tertera pada KMS secara sederhana
3) Tanyakan
dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan lain-lain)
dan kebiasaan makan anak
4) Berikan
penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu
5) Berikan
nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya
6)
Rujuk anak ke
puskesmas/pustu/poskesdes (Depkes RI, 2010:11).
N
atau naik adalah salah satu data yang diperoleh di posyandu disamping S (semua
balita), K
(jumlah balita yang punya kms), D (jumlah balita yang datang dan ditimbang).
Data tersebut akan digunakan untuk pemenuhan indikator D/S ( partisipasi
masyarakat), N/D ( tingkat keberhasilan penimbangan). Indikator ini menjadikan
patokan keberhasilan suatu posyandu. Kalau kita narasikan bahwa D/S yang rendah
misalnya hanya 60 %, ini artinya ada skitar 60 % balita yang diketahui status
gizinya dan yang 40 % tidak diketahui apa status gizi balitanya, yang tidak
menutup kemungkinan akan ada kasus gizi buruk yang tidak diketahui. Belajar
dari hal tersebut data di posyandu menjadi penting sebagai gambaran kondisi
status gizi balita.
Kembali
pada N, yang sering kali luput dari perhatian, penentuan N yang salah ataupun
benar maka akan menjadi dasar atau sumber data bagi bidan desa untuk mengisi
laporan di tingkat desa yang akan diteruskan ke laporan puskesmas dan N
tersebut akan dibawa puskesmas ke tingkat kabupaten, kemudian data N tersebut
akan diolah dan dianalisa oleh kabupaten menjadi potret kabupaten, yang akan
dilaporkan ke propinsi. Disini dapat memberi gambaran bahwa begitu pentingnya
validitas data terutama di posyandu yang menjadi garda terdepan data-data gizi.
Andaikan data N tersebut salah maka laporan hasil posyandu pada setiap jenjang
pelaporan menjadi salah. Fakta demikian juga bisa dimungkinkan terjadi pada
beberapa indikator lainnya. N sesuatu yang mudah untuk dikatakan tapi sulit
untuk ditentukan dengan benar, perlu
pemahaman yang serius karena menyangkut keberhasilan penimbangan suatu
posyandu.
Kementerian kesehatan Republik
Indonesia. 2007. Laporan Riset Kesehatan Dsar (Riskesdas) Tahun 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Republik
Indonesia.
Supariasa, I. D. N. 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi.
Jakarta: EGC.
3 comments:
Daiyou | The Ultimate Sportsbook Wirecutter
We have a hand in ford edge titanium 2019 developing our own new sports betting lines sugarboo extra long digital titanium styler and software which nier titanium alloy allow you to bet smartly on 2019 ford fusion hybrid titanium the action. These include:. titanium rings
j739v4hajvt970 realistic dildo,Butterfly Vibrator,male sexy toys,vibrating dildos,black dildos,G-Spot Vibrators,Bullets And Eggs,realistic dildo,horse dildo b329e2gyedn094
l765e2xexlk867 Rabbit Vibrators,wholesale sex toys,vibrators,cheap sex toys,dildos,dildo,vibrators,dog dildos,vibrators g016d6dhqpg113
Post a Comment