Thursday, February 9, 2012

PENENTUAN STATUS GIZI

PENENTUAN STATUS GIZI BALITA


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut.


Antropometri


1. Pengertian


Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.


2. Penggunaan


Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.


Klinis


1. Pengertian


Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.


2. Penggunaan


Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.


Blokimia

1. Pengertian


Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.


2. Penggunaan


Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.




Biofisik


1. Pengertian


Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.


2. Penggunaan


Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.


PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:


Survei Konsumsi Makanan


1. Pengertian


Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak lang¬sung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi


2. Penggunaan


Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang kon¬sumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.


Statistik Vital


1. Pengertian


Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.


2. Penggunaan


Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.


Faktor Ekologi

1. Pengertian


Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.


2. Penggunaan


Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw, 1964). Secara ringkas, penilani status gizi

FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH METODE PENILAIAN STATUS GIZI

Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi punyai kelebihan dan kelemaban masing-masing. Dengan menyadari kelebihan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan baran yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan.


Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan mengunakan metode adalah sebagai berikut.

Tujuan


Tujuan pengukuran sangat perhi diperhatikan dalam memilih metode, seperti ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropome Apabila ingin melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya gunakan metode biokimia.

Unit Sampel yang Akan Diukur


Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengamhi metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individi rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang diukur adalah kelompok atau masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan sebaiknya menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.


Jenis Informasi Yang Dibutuhkan


Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis info yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan berat dan badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yamg gunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti 1 badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan metode antropometri. Begitu apabila membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi sebaiknya gunakan pengukuran faktor ekologi.


Tingkat Reliabilitas Dan Akurasi yang Dibutuhkan


Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan rasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode Idinis dalam menilai tinkat pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini tenaga medis dan paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi, Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan.


Tersedianya Fasilitas dan Peralatan


Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif lebih mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.


Pengadaan jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan, ada yang diimport dari luar negeri dan ada yang didapat dari dalam negeri. Umumnya peralatan yang diimport lebih mahal dibandingkan dengan yang produksi dalam negeri.


Tenaga


Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi peng-gunaan metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain.


Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau analis kimia, karena menyangkut berbagai jenis bahan dan reaksi kimia yang hams dikuasai. Berbeda dengan penilaian status gizi secara antropometri, tidak memerlukan tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih beberapa hari saja sudah dapat menjalankan tugasnya. Kader gizi di Posyandu adalah tenaga gizi yang tidak ahli, tetapi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun disana-sini masih ada kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan pengukuran antropometri, seperti tinggi badan dan berat badan serta umur anak. Setelah mendapatkan data, mereka dapat memasukkan pada KMS dan langsung dapat menginterpretasi data tersebut


Penilaian status gizi secara klinis, membutuhkan tenaga medis (dokter). Tenaga kesehatan lain selain dokter, tidak dapat diandalkan, mengingat tanda-tanda klinis tidak spesifik untuk keadaan tertentu. Stomatitis angular, sering tidak benar di-interpretasikan sebagai kekurangan riboflavin. Keadaan ini di India diakibatkan dari kebanyakan mengunyah daun sirih atau buah pinang yang banyak mengandung kapur, yang dapat menyebabkan iritasi pada bibir.



Waktu


Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempenganihi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan. Apa¬bila kita ingin menilai status gizi di suatu masyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apalagi tidak ditunjang dengan tenaga, biaya dan peralatan yang memadai.


Dana


Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan raetode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.


Jadi, pemilihan metode penilaian status gizi hams selalu mempertimbangkan faktor tersebut di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh karena itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus memperhatikan secara keseluruhan dan mencernati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode itu.


KONSEP BERAT BADAN BAYI


Pengertian


• Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi-balita, berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan (Hartono, 2008).


• Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi (Supariasa, 2002).


• Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagi perhitungan, antara lain:


1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.


2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan gambaran tentang pertumbuhan.


3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru memerlukan penjelasan secara meluas.


4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.


5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.


6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.


7. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat (Supariasa, 2002)


ALAT MENGUKUR BERAT BADAN


• Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan :


1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain


2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya


3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg


4. Skalanya mudah dibaca


5. Cukup aman untuk menimbang anak balita

• Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin :


1. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan


2. Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat


3. Ketelitian dan ketetapan cukup baik


• Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg.


• Jenis timbangan lain yang digunakan adalah detecto yang terdapat di Puskesmas. Timbangan kamar mandi (bath room scale) tidak dapat dipakai menimbang anak Balita, karena menggunakan per, sehingga hasilnya dapat berubah-ubah menurut kepekaan per-nya.


• Alat lain yang diperlukan adalah kantong celana timbang atau kain sarung, kotak atau keranjang yang tidak membahayakan anak terjatuh pada waktu ditimbang. Diperlukan pula tali atau sejenisnya yang cukup kuat untuk menggantungkan dacin.



CARA MENIMBANG/MENGUKUR BERAT BADAN


• Perikasalah dacin dengan seksama, adakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Setelah alat timbang lainnya (celana atau sarung timbang) dipasang pada dacin, lakukan peneraan yaitu cara menambah beban pada ujung tangkai dacin, misalnya plastik berisi pasir.


• Dalam Buku Kader (2005), diberikan petunjuk bagaimana menimbang balita dengan menggunakan dacin. Langkah-langkah tersebut dikenal dengan penimbangan, yaitu :


1. Langkah 1


• Gantungkah dacin pada : a. Dahan pohon; b. Palang rumah, atau penyangga kaki tiga


2. Langkah 2


• Periksalah apakak dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat


3. Langkah 3


• Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman


4. Langkah 4


• Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol)


5. Langkah 5


• Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik.


6. Langkah 6


• Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin


7. Langkah 7


• Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung bandul geser


8. Langkah 8


• Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas


9. langkah 9


• Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan

CARA MENIMBANG BERAT BADAN BAYI


• Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang bayi adalah :


1. Pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang cukup tebal harus ditanggalkan


2. Kantong celana timbang tidak dapat digunakan


3. Bayi ditidurkan didalam kain sarung


4. Geserlah anak timbang sampai tercapai keadaan seimbang, kedua ujung jarum terdapat pada satu titik


5. Lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukkan berar badan bayi. Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka desimal. Misalnya 7,5 kg.

MENIMBANG ANAK


• Dengan cara yang sama tetapi dapat digunakan kantong celana timbang, kain sarung atau keranjang. Harus selalu diingat bahwa sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 (nol) setelah ditambahkan kain sarung atau keranjang.


• Kesulitan dalam menimbang :


1. Anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala


2. Anak biasanya menangis (Supariasa, 2002)



BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENIMBANG BERAT BADAN ANAK

1. Pemeriksaan alat timbang


• Sebelum digunakan, dacin harus diperiksa secara seksama, apakah masih dalam kondisi baik dan tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Disamping itu keadaan bandul geser tidak longgar terhadap tangkai dacin. Untuk penelitian, peneraan alat timbang ini sangat penting untuk mendapatkank data dengan validitas yang tinggi.




2. Anak balita yang ditimbang


• Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian seminim mungkin dan seringan mungkin. Sepatu, baju dan topi sebaiknya dilepaskan. Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka hasil penimbangan harus dikoreksi dengan kain balita yang ikut tertimbang. Bila keadaan ini memaksa dimana anak balita tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang menyertainya, maka timbangan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan injak dengan cara pertama, timbang balita beserta ibunya. kedua, timbang ibunya saja. Ketiga, hasil timbangan dihitung dengan mengurangi berat badan ibu dan anak, dengan berat badan ibu sendiri.

3. Keamanan


• Faktor keamanan penimbangan sangat perlu diperhatikan. Tidak jarang petugas di lapangan kurang memperhatikan keamanan itu. Misalnya langkah ke-2 dari 9 langkah penimbangan tidak dilakukan, maka kemungkinan dacin dan anak yang ditimbang bisa jatuh, karena dacin tidak tergantung kuat. Oleh karena itu, segala sesuatu menyangkut keamanan harus diperhatikan termasuk lantai dimana di lakukan penimbangan. Lantai tidak boleh terlalu licin, berkerikil atau bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi keamanan, baik yang ditimbang, maupun petugas.



4. Pengetahuan dasar petugas


• Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan untk mengetahui berat badan secara umum pada umur-umur tertentu. Hal ini sangat penting diketahui untuk dapat memperkirakan posisi bandul geser yang mendekati skala berat pada dacin sesuai dengan umur anak yang ditimbang. Cara ini dapat menghemat waktu, jika penimbangan dilakukan dengan memindah-mindahkan bandul geser secara tidak menentu.


PERTAMBAHAN BERAT BADAN PADA BAYI


• Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan kenaikan berat badan sebagai berikut Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan kenaikan berat badan sebagai berikut : selama triwulan ke-1 kenaikan berat badan 150-250 g/minggu,selama triwulan ke-2 kenaikan berat badan 500-600 g/bulan(Nelson 2005).


Tabel: Berat Badan Normal Berdasarkan Panjang Badan Dan Jenis Kelamin


Panjang Badan (cm) Berat Badan Laki-Laki (Kg) Berat Badan Perempuan (Kg)


49,0 – 55,0 3,1 – 4,3 3,3 – 4,3


55,5 – 60,0 4,3 – 5,7 4,4 – 5,5


60,5 – 65, 0 5,8 – 7,1 5,7 – 7,0


65,5 – 70,0 7,1 – 8,5 7,0 – 8,4


70,5 – 75,0 8,7 – 9, 8 8,5 – 9,6




Tabel Berat Badan Normal Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin


Umur BB Laki-laki BB Perempuan


0 2500gram 2500 gram


1 3,5 3,5


2 4,2 4,0


3 5,2 5,0


4 6,2 6,0


5 7,2 7,0


6 8,2 8,0


7 9,2 8,4


8 9,4 8,6


9 9,6 8,8


10 9,8 9,0


11 10 kg 9,2 kg


12 10,2 kg 9,5 kg


Sumber : Supariasa (2002)


Umur


a. Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh.


Contoh : tahun usia penuh.


Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun


6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.


3. Tinggi Badan


Cara mengukur:


a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar sehingga tepat 2 meter.


b. Lepaskan sepatu atau sandal.


c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna


d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding.


e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.


4. Lingkar Lengan Atas


a. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat pengujian memadai untuk digunakan di Indonesia.


b. Kesalahan pengukuran LLA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada tinggi badan.


c. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.


Cara mengukur:


Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkaran lengan.


5. Lingkar Kepala


Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.


Alat dan tehnik pengukuran:


Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal, caranya dengan melingkarkan pita pada kepala.


6. Lingkar Dada


Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.


Alat dan tehnik pengukuran:


Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah, biasanya terbuat dari serat kaca (fiber glas). Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran (pembaca), karena pernapasan anak yang tidak teratur.


Rumus Antropometri pada anak : ( Soetjiningsih : 1998).


a. Berat badan


Umur 1 – 6 tahun = ( tahun ) x 2 + 8


b. Tinggi badan


Umur 1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir


Umur 2 – 12 tahun = umur ( tahun ) x 6 + 77


Lingkar Lengan Atas (LILA)


Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada pengukuran ini adalah : (Supariasa, 2001:46-48)


a. Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain, sekalipun dengan LILA


b. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, megingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan


c. Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.


Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengkur yang terbuat dari fiberglass atau jenis ukuran kertas tertentu berlapis plastik. Cara mengukurnya yaitu: (Supariasa, 2001:48)


a. Yang diukur pertengahan lengan atas sebelah kiri (tangan yang tidak aktif). Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan kemudian dibagi dua


b. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian


c. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.


Pengukuran LILA pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) menurut Depkes RI (1994) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Adapun tujuan Pengukuran LILA pada kelompok WUS tersebut adalah: (Supariasa, 2001:48-49)


a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR


b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK


c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak


d. Meningkatkan peran serta petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK


e. Mengerahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK


Ambang batas LILA dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR.


Indeks Massa Tubuh (IMT)


Masalah kelebihan dan kekurangan gizi pada orang dewasa (18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal. (Supariasa, 2001:59)


Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupaka alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. (Supariasa, 2001:60)


Rumus perhitungan IMT= Berat Badan (kg)


Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)


Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO atau WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat Berat dan menggunakan batas ambang pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. (Supariasa, 2001:60)

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia


Kategori IMT


Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0


Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5


Normal >18,5-25,0


Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0


Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0


Berat normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah. Berat badan yang kurus dan berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit. (Supariasa, 2001:61)


Suyono S. dan Samsuridjal DJ. pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1993) mengungkapkan tingkat risiko berbagai kategori dari IMT. Risiko penyakit jantung dengan kelompok IMT dapat dilihat pada tabel berikut: (Supariasa, 2001:61)


Tabel 2.2 Risiko Relatif Penyakit Jantung dengan Kelompok IMT


IMT 20-25 >25-30 >30-35 35-40 >40


Kelompok 0 I II III IV


Risiko Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi


Jumlah Sel Lemak Normal Normal Normal (Naik) Naik Naik






Kesalahan dalam Pengukuran Antropometri


Didalam suatu pengukuran perlu diketahui pengertian presisi dan akurasi. Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990), memberikan pengertian mengenai presisi yaitu kemampuan mengukur subjek yang sama secara berulang-ulang dengan kesalahan minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh. Namun, dalam pengukuran sering dijumpai berbagai kesalahan, diantara penyebabnya antara lain: (Supariasa, 2001:63-64)


a) Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul, dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisis sempurna. Disamping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak menggunakan sandal atau sepatu.


b) Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol


c) Kesalahan pada peralatan, Tinggi badan dapat diukur dengan mikrotoa berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. LILA dapat diukur dengan pita LILA yang berkapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.


d) Kesalahan yang disebabkan oleh Tenaga Pengukur, keslahan ini dapat terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut Measurement Error.






Mengatasi Kesalahan Pengukuran Antropometri


Secara garis besar untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik dalam mengukur sebab maupun akibat serta dampak dari suatu tindakan, dapat dikelompokkan ebagai berikut: (Supariasa, 2001:64-65)


a) Memilih ukuran yang sesuai dengan yang diukur. Misalnya mengukur tinggi badan menggunakan Mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.


b) Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh pengumpul data. Petugas pengumpul data harus mengerti teknik, urutan dan langkah-langkah dalam pengumpulan data.


c) Pelatihan petugas. Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, baik ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi pelatihan sebaiknyamenekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan hasil.


d) Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus selalu ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak digunakan lagi.


e) Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan presisi dan akurasi yang baik.


f) Pengawasan dan uji petik.






























0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes